Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Kamis, 27 Februari 2014

ASAL MULA KEHIDUPAN



1. Teori Abiogenesis
Teori abiogenesis disebut juga teori generatio spontanea. Pokok dari teori
ini menyatakan bahwa kehidupan berasal dari benda atau materi tidak hidup
dan kehidupan terjadi secara spontan (generatio spontanea).
Ilmuwan yang mengemukakan teori ini adalah seorang filsafat Yunani
kuno, yakni Aristoteles (384–322 SM). Dengan melihat organisme di sekelilingnya,
Aristoteles berkesimpulan bahwa makhluk hidup muncul secara tibatiba.
Contohnya, seekor cacing yang keluar dari dalam tanah, maka cacing
tersebut berasal dari tanah. Contoh lainnya, katak yang keluar dari lumpur,
maka katak tersebut berasal dari lumpur.
Ilmuwan lain yang mendukung teori ini adalah John Needham (1700).
Ilmuwan dari Inggris ini melakukan percobaan dengan merebus sebentar

air kaldu yang berasal dari sepotong daging. Air kaldu tersebut menjadi
keruh karena adanya mikroorganisme. Ilmuwan tersebut kemudian berkesimpulan
bahwa mikroorganisme berasal dari air kaldu.

2. Teori Biogenesis
Teori biogenesis menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup lagi. Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis.

Berikut merupakan beberapa percobaan yang dilakukan oleh beberapa para ilmuwan untuk membuktikan asal mula kehidupan.
A.    Percobaan Francesco Redi
Francesco Redi adalah orang pertama yang melakukan percobaan untuk
menentang teori abiogenesis. Redi melakukan percobaan dengan menggunakan
daging segar dan dua stoples. Stoples pertama diisi
dengan daging dan dibiarkan terbuka (tidak ditutup), sedangkan stoples
kedua diisi daging dan ditutup rapat.
Setelah beberapa hari, di dalam stoples yang terbuka terdapat larva.
Redi berkesimpulan bahwa larva tersebut berasal dari lalat yang masuk ke
dalam stoples kemudian bertelur. Untuk meyakinkan kesimpulannya
tersebut, Redi melakukan percobaan yang kedua. Kali ini stoples ditutupi
dengan kain kasa sehingga masih terjadi hubungan dengan udara, tetapi
lalat tetap tidak dapat masuk. Setelah beberapa hari, didapatkan daging dalam
stoples tersebut membusuk, tetapi dalam daging tersebut tidak terdapat
larva. Redi mengemukakan tidak adanya larva ini karena lalat tidak bisa
menyimpan telurnya dalam daging. Oleh karena itu, Redi berkesimpulan
bahwa larva lalat bukan berasal dari daging yang membusuk.

B.     Percobaan Lazzaro Spallanzani
Pada percobaan Spallanzani, digunakan air rebusan dari daging atau
(air kaldu). Air kaldu tersebut dimasukkan ke dalam dua labu, kemudian
dipanaskan. Setelah dipanaskan, labu I dibiarkan terbuka. Sementara itu,
setelah air kaldu dalam labu II dipanaskan, labu kemudian ditutup rapat
menggunakan gabus.
Setelah beberapa hari, air kaldu dalam labu I menjadi keruh dan berbau
busuk yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme
tersebut berasal dari udara bebas yang masuk ke labu I karena tidak ditutup.
Pada labu II, ternyata tidak ada perbedaan dari sebelumnya. Air kaldu tetap
jernih. Jernihnya air kaldu ini disebabkan tidak adanya udara yang masuk
ke dalam labu.

Percobaan Spallanzani menunjukkan bahwa pada labu terbuka terdapat
kehidupan yang berasal dari mikroorganisme yang ada di udara. Pada labu
yang ditutup tidak terdapat kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, Spallanzani
berkesimpulan bahwa kehidupan bukan berasal dari air kaldu, tetapi berasal
dari makhluk hidup lainnya. Akan tetapi, para penganut abiogenesis
menyanggah penelitian ini dan mengatakan bahwa mikroorganisme tidak
tumbuh karena tidak terdapat udara. Udara dibutuhkan untuk menyokong
kehidupan.
C.     Percobaan Louis Pasteur
Louis Pasteur adalah seorang ahli biokimia dari Perancis yang berhasil
menumbangkan teori abiogenesis. Hasil percobaannya tidak dapat disanggah
lagi oleh pendukung teori abiogenesis. Percobaan yang dilakukan Louis
Pasteur ini sebenarnya penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan oleh
Spallanzani.
Pasteur menggunakan labu berleher seperti angsa dalam percobaannya. Labu berleher seperti angsa ini diisi dengan air kaldu. Fungsi
dari labu leher angsa ini adalah agar hubungan antara labu dan udara luar
masih ada, artinya masih terdapat oksigen. Labu ini dipanaskan untuk mensterilkan
air kaldu dari mikroorganisme. Setelah dipanaskan, labu kemudian
didinginkan dan disimpan.
Setelah beberapa hari, ternyata air kaldu dalam labu leher angsa tetap
jernih, namun di bagian lehernya banyak terdapat debu dan partikel-partikel,
sedangkan di labu lainnya yang tidak berleher angsa, air kaldunya mengandung
mikroorganisme. Berdasarkan hasil percobaannya, Louis Pasteur
menyimpulkan bahwa mikroorganisme yang ada dalam air kaldu bukan
berasal dari air kaldu itu sendiri, melainkan dari mikroorganisme yang ada
di udara.
Hasil percobaan Louis Pasteur berhasil menumbangkan teori abiogenesis.
Dari hasil percobaannya, Pasteur mengajukan teori baru tentang asal-usul
kehidupan. Isi teori disebut menyatakan beberapa hal, di antaranya
a.      omne vivum ex ovo, yakni setiap makhluk hidup berasal dari telur,
b.      omne ovum exvivo, yakni setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c.       omne vivum exvivo, yakni setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.

3. Teori Evolusi Kimia
Ternyata gugurnya teori abiogenesis oleh teori biogenesis tidak membuat
ilmuwan berhenti menyelidiki tentang asal-usul kehidupan. Sekarang, timbul
pertanyaan, jika makhluk hidup berasal dari makhluk hidup, dari manakah
asal mula makhluk hidup yang pertama? Untuk menjawab itu, muncullah teori
evolusi kimia. Ilmuwan yang menyatakan teori tersebut adalah Harold Urey.
Urey menyatakan bahwa pada periode tertentu, atmosfer bumi mengandung
molekul metana (CH4), amonia (NH4), air (H2O), dan karbon dioksida
(CO2). Karena pengaruh dari energi petir dan sinar kosmis, zat-zat tadi
bereaksi. Hasil reaksi tersebut menghasilkan suatu zat hidup yang diduga
virus. Zat hidup tersebut berkembang selama jutaan tahun membentuk
makhluk hidup. Teori yang dikemukakannya tersebut, kemudian dikenal
dengan teori Urey.
Untuk membuktikan teori ini, Stanley Miller melakukan sebuah
percobaan. Peralatan yang dirancang Miller, yakni ruang
bunga api diisi dengan campuran gas meniru atmosfer purba, sementara
botol kaca kecil diisi dengan air murni seperti sup purba. Miller membuat
kilat buatan dengan bunga api listrik di antara dua elektroda dalam atmosfer
buatan tersebut. Ia juga memanaskan air laut tiruannya. Percobaan ini
berlangsung selama seminggu dan dapat menghasilkan beragam senyawa
organik.
Di alam nyata, reaksi kimia ini akan berjalan selama jutaan tahun
sehingga dapat membentuk hasil yang lebih kompleks. Pada titik tertentu
dari proses yang panjang ini, senyawa kimia dapat terbentuk dengan
sendirinya. Jika pada proses membentuk diri ini terkadang terdapat
kesalahan, senyawa kimia ini dapat menyesuaikan diri dan berevolusi
melalui proses seleksi kimiawi. Jadi, kehidupan tidak terbentuk secara tibatiba
melainkan timbul secara bertahap dari senyawa tidak hidup.

4. Teori Evolusi Biologi
Alexander Ivanovich Oparin mengemukakan bahwa
evolusi zat-zat kimia terjadi sebelum di bumi terdapat kehidupan. Seperti
sebelumnya, zat anorganik berupa air, metana, karbon dioksida, dan amonia
terkandung dalam atmosfer bumi. Zat anorganik tersebut membentuk zatzat
organik akibat adanya radiasi dari energi listrik yang berasal dari petir.
Suhu di bumi terus menurun. Ketika sampai pada titik kondensasi, terjadi
hujan yang mengikis batuan di bumi yang banyak mengandung zat-zat
anorganik. Zat-zat anorganik tersebut terbawa ke lautan yang panas. Di
lautan ini terbentuk sup purba atau sup primordial. Sup purba terus
berkembang selama berjuta-juta tahun. Di dalam sup purba, terkandung zat
anorganik, RNA, dan DNA. RNA yang dibutuhkan dalam proses sintesis
protein dapat terbentuk dari DNA. Akibatnya, terbentuklah sel pertama.
Sel pertama tersebut mampu membelah diri sehingga jumlahnya semakin
banyak. Sejak saat itulah evolusi biologi berlangsung.

0 komentar:

Posting Komentar